Minggu, 16 Mei 2010

Pindah Kuadran : Harus Menunggu Berumur Dulu-kah?


Beberapa saat lalu, dalam sebuah mailing list yang saya ikuti, seorang kolega yang kebetulan bekerja di salah satu perusahaan otomotif perusahaan besar di Republik ini bermaksud pindah kuadran dengan berbisnis sendiri. Akan tetapi sepertinya, dia mengalami sedikit dilema dalam memutuskannya. Sehingga dia sempet mewacanakan isu ini ke mailing list, jadi rame mailing list full pro dan kontra. Salah satu isu atau alasan yang mengemuka adalah kalau toh harus pindah kuadran, menunggu berpengalaman dulu-kah baru mengundurkan diri atau segera mengundurkan diri.

Diakui atau tidak, dalam masyarakat kita, memilih berusaha sendiri (building own business) setelah lulus kuliah/sekolah masih dianggap “kurang wah” dan acapkali dicibir sebagai bukti kegagalan masuk bursa kerja, dengan kata lain gak punya kompetensi babar blas ( celakanya lagi terkadang dinilai “bego”). Lebih mentereng kalau diterima kerja di jajaran perusahaan yang namanya familiar di telinga atau iklannyan bolak-balik kayak seterika muncul di TV atau Radio. Orang tua bakal menceritakan dengan nada bangga dengan berulang-ulang dan mata berbinar-binar bila anaknya bekerja di perusahaan “X” misalnya, ketimbang anaknya memutuskan untuk mengibarkan bisnis sendiri (meskipun perusahaan X tadi sahamnya terjun payung bebas di Wall Street baru-baru ini). Menyedihkan sekali !!

Kembali ke cerita tadi, kalau pilihan pindah kuadran akan dilakoni, menunggu punya pengalaman memadai atau segera? Pendiri FedEx, Fred Smith yang sempat mencicipi kuliah di Yale University, dan dimata kuliah Business Plan, dia mengumpulkan tugas model bisnis yang dipakai FedEx sekarang, tapi mendapat nilai “C”. Akan tetapi Fred berketetapan tetap mengibarkan bisnis FedEx dari usia muda. Cerita lain, William Hewlett dan David Packard yang memulai bisnis HP dari garasi, segera mengibarkan bisnis segera setelah lulus dari Stanford. So what?

Sepertinya tidak ada korelasi signifikan antara berumur dengan pindah kuadran mengibarkan bisnis sendiri. Walaupun dalam derajat tertentu pengalaman dengan bekerja lebih dulu akan memberikan insight tentang business model tertentu. Tetapi haruskan berlama-lama sehingga harus menunggu “berumur”. Sejatinya ada beberapa “nilai lebih” yang direngkuh, bila mencemplung membangun kerajaan bisnis sendiri di usia relatif muda:

Pertama, terkadang kolega bisnis yang sudah senior biasanya “harapan” terhadap mitra bisnis yang muda tidaklah”setinggi” kalau bermitra dengan perusahaan yang sudah established. Pengalaman penulis ketika mengibarkan bisnis di awal-awal, terkadang servis yang kita deliver ke klien tidaklah sepenuhnya memuaskan, kolega bisnis lebih bisa “memahami” dan “memaklumi”-nya. Asal jangan under-performance saja, itu lain masalah.

Kedua, Mengibarkan bisnis di masa muda biasanya otak kita masih fresh, perspektif lebih luas, dan energi masih enerjik. Ini adalah modal awal yang kalau terlambat diambil, tidak bisa ada diambil mundur. Ekspoitasi bisnis terkadang bisa beyond–expectation. Fakta membuktikan pendiri Yahoo, Microsoft, Dell, FedEx menginisiasi bisnis sendiri pada usia yang relatif muda.

Ketiga, terkadang tidak mesti cerita bisnis berakhir dengan cerita penuh kesuksesan. Kegagalan tak jarang menghampiri. Kalau terpaksa gagal di usia muda—tanpa bermaksud menggantungkan orang tua, “kiriman” masih ada. Apalagi ketiga memulai bisnis sendiri biasanya belum mempunyai tanggungan keluarga. Kegagalan meretas bisnis sendiri tidak akan berimbas pada periuk nasi keluarga.

Demikian pilihan untuk menjadi kepala kucing daripada menjadi ekor seekor singa sudah menjadi ketetapan hati, janganlah berpikir untuk menundanya lagi. Tetapi keputusan untuk itu tetaplah kembali kepada Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar