
“Gunakan Strategi yang unik (winning concept) untuk memenangkan persaingan. Strategi yang unik akan membuat perusahaan Anda memiliki kemampuan super kompetitif” (Tjahjadi Lukiman, dari buku Right Process will Bring Great Results).
Ada seorang kawan lama bertutur tentang keputusannya untuk men-set up bisnis sendiri. Saya ikut senang atas keputusannya untuk meretas dan berpindah kuadran dari “ekor singa” ke kuadran “kepala kucing”. Pas ada waktu luang, saya sempatkan untuk mengontaknya dan mengunjunginya, sekaligus bernostalgia ber-haha-hihi mengenang “kenakalan” dulu waktu kuliah dulu. Diantara obrolan dan kangen-kangenan masa lalu, saya mencoba menyelipkan sebuah pertanyaan,”Bisnis apa yang sedang ditekuni ?”, tanya saya sambil menyeruput teh hangat yang tersaji. “Lha, Kamu butuh apa Don ?,” jawabanya sambil menguyah kue pia-pia khas Jogja. “Yang Kamu butuhkan tinggal Kamu bilang, nanti aku sediakan,” sambungnya. “Oooh…,” jawab saya sambil mengganggukan kepala, saya mencoba menahan diri untuk tidak berkomentar.
Bisnis baru yang ditekuni teman saya, secara konsep bisnis adalah sah-sah saja dilakoni. Apa yang diminta (dibutuhkan) oleh pelanggan, dia akan mencarinya dan memenuhinya. Tetapi rentangan barang dan jasa yang ingin “dibisniskan” menjadi terasa menjadi terlampau umum (general). Jujur saja, seringkali saya sering menemui kasus semacam ini biasanya dilakoni orang yang baru terjun bisnis, tetapi masih belum pas atau belum memutuskan bisnis mana yang dilakoni, atau acapkali dalam terminologi teori manajemen sering disebut “What Business are We In”. Maksudnya bisnis apa akan kita jalani dan menghasilkan uang tentunya.
Untuk kasus teman lama saya tadi, bisnis model (business Model) yang dipilih menurut saya tidak ada yang salah, tapi menurut saya “kurang menukik” yang berujung pada “rentang bisnis”-nya terlampau lebar, jadi agak kabur dan kurang fokus. Bisnis di era kekinian menuntut fokus atau istilah bisnisnya sering disebut sebagai core-competence. Ilustrasi paling mudah kita ambil saja dari dunia kedokteran misalnya, orang yang sakit mata cenderung merujuk ke dokter mata ketimbang ke dokter umum misalnya, karena penyelesaian (penanganannya) pasti akan berbeda. Jadi Bisnis model yang berhasil haruslah solid dari awal, jangan setengah-setengah. Mendeklarasikan bisa memenuhi apa saja, sesuai permintaan konsumen (ape yang ingin ente beli, gue jual), akan mengundang Kepesimisan pelanggan. Kasarnya apa iya, semuanya bisa ditangani sendiri? Entrepreneur itu manusia biasa lho, bukan superman..hehehe.
Terus, bagaimana strategi memilih bisnis model yang kemungkinan kedepannya “berhasil” ? Ada 2 pendekatan utama yang bisa dibentangkan agar bisnis model yang kita pilih solid dijalankan.
Pertama, sebaiknya bisnis yang akan kita lakoni sebaiknya core-competence-nya sesuai dengan apa yang kita miliki. Core-competence ini bisa jadi karena kita menekuni bidang tertentu karena bersekolah, atau bisa juga karena kita pernah bekerja dan berpengalaman di bidang tersebut, karena sebelumnya kita bekerja di bidang tersebut. Misalnya kita berlatar belakang apoteker, kita terjun di industri obat-obatan. Atau kita pernah bekerja di sektor agro industri di suatu perusahaan, kemudian kita keluar dan mencoba membuka bisnis sejenis masih di lingkup agro industri. Kemungkinan untuk “berhasil” adalah lebih besar ketimbang kita menekuni atau pindah core business (bisnis inti) lainnya.
Kedua, pilihlah model bisnis yang akan ditekuni, yang kemungkinan besar Anda yang terbaik di bidang tersebut. Meminjam strategi Jack Welch , nahkoda GE pernah menerapkan strategi ini sehingga GE mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Sebuah adagium populer dari Jack Welch, “It has to be No.1 or No.2 in the market, otherwise it will be fix, sell, or closed.” Bisnis model haruslah bisa terbaik di bidangnya atau setidaknya menjadi nomer 2, kalau tidak jangan dipilih karena hanya akan buang-buang waktu saja (Baca artikel : Angin Perubahan Agar Gajah Bisa Menari). Dengan mempraktekan strategi itu, Jack Welch dikenal sebagai CEO GE yang fenomenal.
Jadi agar perpindahan kuadran lebih lancar dan menangguk kesuksesan, pastikan Anda memilih memilih bisnis model yang solid. Karena dari pemilihan bisnis model solid ini, derivasinya penerapan visi dan misi perusahaan yang dibangun akan lebih jelas dan gamblang, tidak abu-abu. Visi dan misi yang kokoh mempunyai saham yang besar akan keberhasilan bisnis yang Anda tekuni kelak. Selamat meretas jalan menjadi “kepala kucing” !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar