Minggu, 16 Mei 2010

REVIEW KAMEN RIDER DECADE THE MOVIE: All Riders VS DaiShocker






Holaaa... dah lama ga nongol nih. Gomen minna. Sorry folks, kemaren kartu inet na mendadak dangdut eh mendadak rusak. Ga tau juga kenapa. Pas mau minta kartu barunya ke indosat, eh ternyata kartunya ga bisa diganti, mesti beli baru lagi. Tapi tetap memakai ID dan password yang lama. Cuman, harga kartu yg baru itu loh.... nguras kantong huhuhuhu mana akhir bulan lagi. hidup itu kejam teman... halahhh

Yosh... sekarang daku mau ngereviwe pilem aja. Ada yang suka ma seri ksatria baja hitam? Di Jepun sono namanya Kamen Riders yang artinya pengendara bertopeng (kenapa di Indonesia jadi satria baja hitam ya???). Kemaren baru beli film Kamen Rider Decade The Movie (inget, yang the movienya, bukan yang series) yang baru rilis januari 2010 di Jepun sono dan baru arrival di Ina awal April ini (as usual, bajakan wakakakakak). Ehem... kembali ke topik.


Kamen Rider Decade The Movie: All Riders VS DaiShocker


Film Kamen Rider kali ini agak berbeda dan terasa sedikit istimewa. Kenapa? Karena di dalam Kamen Rider Decade The Movie ini menampilkan SEMUA kesatria baja hitam. Dari ksatria baja hitam RX sampai kstaria baja hitam Faiz, Kuga, Amazon dll ada semuanya disini. Walau pada awalnya, smua kamen rider saling bertarung satu sama lainnya di awal cerita akan tetapi, di akhir cerita mereka semua bersatu melawan satu musuh final mereka. DaiShocker. Tapi untuk bisa mengerti isi film ini, kayaknya emang harus nonton serial Kamen Rider Decade terlebih dahulu. Soalnya, film the movienya ini masih ada hubungannya dengan film serialnya.

STORY

Di ceritakan bahwa di setiap planet (dunia) di huni oleh setiap Kamen Rider yang menjadi penjaganya (Dan anehnya, setiap palnet itu Bumi semua. Jadi kayaknya planet disini lebih kayak dunia pararel) . Hingga suatu hari, tanpa ada alasan yang jelas, dunia masing-masing kamen rider berfusi menjadi satu. Sehingga mengakibatkan setiap planet yang terfusi menuju kehancuran.

Tsukasa yang berasal dari dunia lain, terlempar kedunia tempat Yuusuke alias Kamen Rider Kuuga hidup. Tsukasa adalah Kamen Rider Decade yang mempunyai kemampuan menyebrangi dimensi disetiap dunia para Rider tinggal. Akan tetapi, Tsukasa kehilangan ingatannya dan ia tidak ingat siapa dirinya dan dari dunia mana dia berasal kecuali dia juga seorang Kamen Rider.

Suatu hari, Tsukasa, Daiki (Kamen rider Kuuga) dan Natsumi menemukan petunjuk tentang masa lalu Tsukasa dari sebuah foto tua yang ada di rumah Natsumi. Ketika melihat foto itu, Tsukasa melihat kilasan balik gambaran tentang letak rumah itu. Apalagi, dia merasa kunci yang ada didalam kantong bajunya ketika ia pertama kali di temukan oleh Daiki, berkaitan dengan rumah itu.anehnya mereka tau jalannya dengan mudah. Menghemat durasi kayaknya)
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke rumah yang ada di dalam foto itu (dan

Di dalam rumah itu, mereka menemukan seorang gadis yang sedang bermain piano. Ternyata gadis itu adalah adiknya Tsukasa bernama Sayo. Sayangnya Tsukasa tidak dapat mengingatnya karena kehilangan memori. Sayo menceritakan bahwa orangtua mereka meninggal 10 tahun yang lalu, setelah itu mereka hidup berdua sampai akhirnya setahun yang lalu Tsukasa memutuskan untuk pergi berkeliling untuk mengambil foto dari segala penjuru dunia dan berjanji akan segera pulang kembali. Tapi pada akhirnya, Tsukasa tidak pernah kembali.

Selama Tsukasa pergi, ada seorang pria bernama Tsukikage (artinya bayangan bulan) yang menjaga Sayo. Tsukikage menceritakan tujuan dan takdir Tsukasa, yaitu menjadi Kamen Rider yang terkuat agar ia bisa mencegah kehancuran dari penyatuan (fusi) dunia. Menurut Tsukikage, dunia terfusi karena adanya kekuatan kamen riders disetiap dunia yang saling tarik menarik. Oleh karena itu, adalah tugas Tsukasa untuk membuat "jembatan penyebrangan' kedunia tempat masing-masing dunia Kamen Rider tinggal dan mengalahkan mereka dan menjadi Kamen Rider yang terkuat. Semua itu untuk mencegah dunia menuju kehancuran. Karena hanya Tsukasa yang mempunyai kekuatan untuk membuka portal dan membuat jembatan kesetiap dunia. Ketika Tsukasa memahami apa tujuan dirinya, tiba-tiba ingatannya kembali (Cepet amat, bener2 menghemat durasi deh ) lalu ia menyelanggarakan pertandingan pertempuran terbuka dengan para Kamen Rider.

Setiap Kamen Rider yang berhasil dikalahkannya, Tsukasa memperoleh sebuah kartu yang berisi kekuatan dan wujud dari kamen rider tersebut. Dan jika ia menggunakan kartu itu, maka Tsukasa bisa berubah menjadi sosok Kamen Rider tersebut lengkap dengan kekuatan dan style fighting mereka. Satu persatu Kamen Rider berhasil dikalahkan oleh Tsukasa, dari Satria Pelindung Hutan yaitu Kamen Rider Amazon sampai sang Ksatria Pangeran Matahari si Kamen Rider Black RX atau Satria Baja Hitam RX pun berhasil dikalahkannya (GA

REILAAAAA.... itu kan Satria baja hitam idola gueeee....), walo kamen rider black RX udah berubah ke wujud keduanya yaitu Ksatria Pangeran Kemararahan alias Kamen Rider RX Robo, lalu berubah ke wujud Pangeran Kesedihan alias Kamen Rider RX Bio, tetap aja kalah dengan telak (padahal di wujud Bio kan hebat tuh uhuhuhu... ga

reilaaaaa.... )

Dan akhirnya, tibalah 6 besar Kamen Rider yang berhasil survive sejauh ini. Dari ke 6 Kamen Rider ini, mereka bertarung secara tag team. Yaitu Kamen Rider Super-1, Kamen Rider Black (wujud semula dari Kamen Rider Black RX atau ksatria baja hitam RX), dan Kamen Rider V3 melawan Kamen Rider Decade, Kamen Rider Kuuga dan yang terakhir si pencuri Daiki, Kamen Rider Diend.

VS

Di awal pertarungan, mereka bertiga kewalahan melawan Kamen rider super-1, Black dan V3. Terlebih lagi Daiki alias Kamen Rider Diend melarikan diri seenaknya dan meninggalkan dua rekannya. (tipikal pencuri, suka melarikan diri) Akhirnya, tinggallah Kuuga dan Decade melawan 3 Kamen Riders lainnya. Sitausi bertambah pelik, ketika Kuuga melindungi Decade dari serangan Kamen Rider V3 dan terluka dan kembali berubah menjadi Yuusuke. Akhirnya, Decade melawan ketiga Kamen Rider lainnya sendirian dan berhasil menang dengan menggunakan jurus multiple kick.

Setelah kemenangan itu, Yusuke yang terluka bersama Natsumi di bawa oleh Tsukikage kesebuah bangunan yang tiba-tiba muncul di tengah lapangan. Disana, ternyata mereka sudah ditunggu oleh para Daishocker, komplotan musuh. Yang lebih mengejutkannya, pemimpin DaiShocker itu ternyata adalah Tsukasa alias Kamen Rider Decade. Ternyata, sejak semula, Tsukasa memang bertujuan untuk menguasai semua dunia. Untuk menjalankan tujuannya, ia harus menghancurkan semua Kamen Rider yang bertugas menjaga setiap dunia tersebut. Akan tetapi, ketika sebuah alat untuk mengubah wujudnya menjadi Kamen Rider, yaitu DecaDriver menghilang, ingatan Tsukasapun ikut menghilang. Dan akhirnya Natsumi lah yang menemukan alat tersebut dan menyerahkannya kepada Tsukasa, perlahan, ingatan Tsukasapun mulai pulih sampai puncaknya ketika ia berhasil menemukan jalan pulangnya dan bertemu dengan Tsukikage.

Untuk mencapai tujuannya itu, Tsukasa memperalat Yuusuke dan Natsumi untuk membantu dirinya dengan mengatakan bahwa dunia akan selamat dari penyatuan (fusion) dengan menghancurkan semua Kamen Rider disetiap dunia.

Ketiika Yuusuke akan melawan Tsukasa, ia dan Natsumi di jatuhkan kedalam sebuah lubang jebakan (aneh banget, napa ga di bunuh aja langsung ya) dan dari sana Yuusuke dan Natsumi berhasil melarikan diri. Kemudian, Natsuki dan Yuusuke kembali kerumah Tsukasa, di tempat Sayo berada untuk menanyakan kenapa Tsukasa ingin menghancurkan semua Kamen Rider.

Sayo bercerita, ketika orangtua mereka meninggal, Sayo tidak berani untuk kelaur dari rumah mereka. Sedangkan Tsukasa tidak menghiraukan ketakutan yang dialami oleh Sayo dan bermain sendirian diluar dengan gembiranya. Sayo yang merasa kesepian, tanpa ia sadari, ia membangkitkan kekuatan batu bumi, sebuah batu yang dibangkitkan oleh kekuatan kegelapan hati yang menjadi kalungnya. Kekuatan itu dapt menciptakan sebuah portal untuk menuju kedunia lain. Akan tetapi, hanya Tsukasa saja yang dapat menyebrangi portal tersebut sedangkan Sayo tidak bisa. Sehingga, sejak saat itu, Tsukasa sering meninggalkan Sayo sendirian, sedangkan ia dengan bebas pergi ke portal-portal dunia lainnya. Dan ternyata, penyatuan dunia tersebut disebabkan oleh kekuatan batu bumi yang dibangkitkan oleh Sayo.

Ditengah kesendirian Sayo, datanglah seorang pria bernama Tsukikage yang ternyata wujud aslinya adalah Shadow Moon atau Ksatria Bayangan Bulan (Hayoo ada yang masih ingat ga siapa dia??? Buat yang ga ingat, Shadow Moon ini yang diciptakan oleh Gorgon, musuhnya Ksatria baja hitam sekaligus temannya Kotaro Minami yang telah lama menghilang. Ksatria Baja Hitam tercipta dari Batu Matahari lambang dari cahaya, sedangkan Ksatria Bayangan Bulan tercipta dari batu bulan lambang dari kegelapan). Ini dia kalo lupa wujudnya

Shadow Moon


Yusuke kemudian diserang oleh batu bumi S ayo dan kemudian Yusuke berhasil di kuasai oleh Sayo menjadi anak buahnya. Sedangkan Natsumi berhasil melarikan diri.

Kemudian, Tsukikage mengambil alih puncak kepemimpinan DaiShocker dengan cara mengusir paksa Tsukasa, dan Sayo menjadi High Priestess DaiShocker. Tsukasa sangat terkejut ketika mendengar kebencian adiknya terhadap dirinya. Belum sempat lagi ia pulih dari rasa terkejutnya, ia di serang oleh Yusuke yang dalam mode wujud Kuuga Emas yang dibawah pengaruh hipnotis Sayo dan bertempur melawan Tsukasa.

Tsukasa berhasil melarikan diri, lalu ia kembali ke rumah Natsumi. Akan tetapi, Natsumi mengusirnya dan mengatakan bahwa ia telah salah mempercayai Tsukasa selama ini. Tsukasa yang merasa kehilangan semangat hidup akhirnya pergi meninggalkan Natsumi. Ditengah keputusasaannya, Tsukasa bertemu dengan pemimpin asli dari Daishocker dahulu sebelum Tsukasa merebut puncak kepemimpinan DaiShocker, Yuki joji (diperankan oleh
GACKT CHAAAN

Yuki Joji yang kembali untuk membalas dendam atas pengkhianatan DaiShocker atas dirinya hendak membunuh Tsukasa. Akan tetapi, Tsukasa malah sukarela menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan. Karena ia merasa, tidak ada lagi yang tersisa dari dirinya. Ia ingin mati untuk menebus dosa-dosanya. Mendengarkan hal itu, Yukipun menajdi marah. "Apakah kau merasa dengan mati dapat menebus dosa-dosamu?" kata Yuki. Ia merasa bahwa Tsukasa tak cukup berharga untuk dibunuh sekarang. Tsukasa yang ia tahu adalah salah seorang kamen rider yang hebat yang mempunyai semangat dalam bertempur apa yang ingin ia perjuangkan. Kemudian mereka di kagetkan dengan kedatangan rombongan para DaiShocker yang mencari jejak Tsukasa. Lalu Yuki mengganti lengannya dengan lengan cyborg, yang katanya, lengan kanannya dahulu telah di potong oleh Tsukasa dan sekarang diganti oleh lengan Cyborg.

Di lain pihak, Natsumi bertemu dengan Daiki, si pencuri. Bersama Daiki, mereka berusaha mencari Kamen Rider yang masih tersisa untuk membantu mereka menghadap DaiShocker. Akan tetapi jalan mereka tidak semulus yang mereka kira, dua dari Kamen Rider yang mereka temui ternyata memilih untuk bergabung dengan DaiShocker. Sehingga Diend harus bertempur melawan mereka disamping ia juga harus melawan para DaiShocker yang juga tengah memburu Daiki untuk mengambil kembali alat pengubah wujud Rider Diend yang dicuri Daiki.

Daiki yang telah berubah wujud menjadi kamen rider Diend tetap saja kewalahan melawan para prajurit Daishocker+panglima DaiShocker. Ketika mereka terdesak, Tsukasa pun muncul dan menolong mereka. Dan akhirnya Diend berhasil membunuh salah satu dari tiga panglima DaiShocker.

Setelah itu, Decade, Diend dan Natsumi bertolak menuju ke pusat markas DaiShocker. mereka bertiga langsung disambut dengan sekompi pasukan dan dua jenderal Daishocker. Walaupun mereka tidak yakin berhasil bisa mengalahkan pasukan sebanyak itu berdua saja, akan tetapi decade dan diend tetap bertekad untuk mengalahkan shadow moon. Ketika itu, tiba-tiba keajaiban terjadi.... jreng jreng jreng (halah...) para kamen rider yang telah mati dengan ajaib kembali bangkit (kok bisa ya?) dan menyebrangi portal dari dunia mereka untuk membantu Decade dan Diend untuk bertempur.


Keadaanpun terbalik, sekarang DaiShockerlah yang mengalami kekalahan (walo beberapa prajuritnya berkorban jadi bom bunuh diri eh malah mati sia-sia. Ga ada yang kena bom bunuh diri satupun Kamen Ridernya. Anak buah yang bego...). Yang kerennya, dalam pertempuran final ini, ada beberapa Kamen Rider di ubah oleh Diend menjadi senjata, yaitu Kamen Rider Faiz di ubah menjadi Pistol Raksasa (Blaster), Kamen Rider Blade Menjadi Pedang Boombster, Dan Kamen Rider Kiva menjadi Panah Raksasa yang dipegang oleh Kamen Rider Den-O. Bertiga, mereka melancarkan Final Attack Version yang langsung membunuh musuh-musuh sekaligus panglimanya.

Final Attack Versionnya kereeen...

Setelah semua panglima DaiShocker mati, Kuuga emas pun muncul. Kuuga Emas yang berada dibawah pengaruh Sayo langsung menghajar Tsukasa. Seperti yang halnya kebanyakan di film Naruto, terjadilah jurus bacot-jutsu disini alias ngobrol dalam rangka menyadarkan Sayo oleh perkataan Tsukasa dengan mengatakan bahwa Sayo hanya diperalat oleh Shadow Moon. Dan Sayo bisa terbang dengan kekuatannya sendiri. Dan kali ini, ia tidak akan meninggalkan Sayo. Sayo pun tersentuh mendengar perkataan kakaknya (just like I thought...jurus bacot-jutsu emang berguna di film manapun terutama menyadarkan
orang yg aslinya dalam ceritanya ga jahat. sigh...)

Sayo kemudian membanting batu bumi tersebut sampai pecah dan Kuuga pun lepas dari pengaruh jahat. Kemudian, Shadow Moonpun keluar, menghadapi mereka bertiga (Diend, Decade dan Kuuga. Ga tau tuh Kamen Rider lainnya kemana, mungkin pada ngaso dulu minum2 kopi).

Walao mereka bertiga bertempur melawan Shadow Moon, ternyata Shadow Moon sangat kuat sehingga mereka bertiga pun kalah telak. Saat-saat genting itu, tiba-tiba muncullah sebuah sosok yang mengendarai sepeda motor. Sosok itu bukanlah shinchan atau saint seiya, karena mereka bukan tokoh di film ini. Sosok itu ternyata adalah kamen rider misterius yang bernama Kamen Rider W yang warna kostumya juga sama anehnya dengan namanya. Sebelah ijo sebelah item. Weww... makin lama makin aneh aja kostum Kamen Rider ini.

Kamen Rider baru. Sebelah ijo sebelah item???

Kamen Rider ini ternyata memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Dengan mudah ia menghajar Shadow Moon sendirian yang tadinya malahan susah banget di keroyok bertiga. Apalagi, Kamen Rider W ini menunjukkan sedikit kemampuannya. Ketika ia memasukkan kartu Fire (api) ke dalam sabuknya sebelah kanan, lalu kostumnya yang berwarna hijau sebelah langsung berubah menjadi merah. Dan setiap pukulan yang ia lancarkan akan mengeluarkan api di bagian tangannya yang berwarna merah. Lalu ia memasukkan kartu metal disabuknya sebelah kiri, hal ini menyebabkan kostumnya yang berwarna hitam berubah jadi berwarna perak. Sekarang warnanya secara resmi menjadi merah perak. Dengan kekuatan bulan eh salah dengan kekuatan metal, ternyata tidak membuatnya menjadi penyanyi metal tetapi membuat tubuhnya berubah menjadi sekeras baja dan Shadow Moon pun berhasil di pukul sampai melayang nyangsang di dinding bentengnya.


Bayangin sebanyak ini yang mau nendang 1 musuh doang
Setelah Shadow Moon nyangsang tak berdaya di dinding bentengnya, Phillipe, nama motor si Kamen Rider W memanggilnya untuk pulang. Dengan berat hati, Kamen Rider W pun tanpa ba-bi-bu atau pamitan, ngeloyor pergi gitu aja ninggalin Diend, Kuuga dan Decade yang masih keheranan dengan kedatangan rekan misterius mereka. Easy come easy go. Kayak gitu deh... (kayaknya ni promosi serial Kamen Rider berikutnya deh, Kamen Rider W)


Setelah itu, barulah seluruh kamen rider yang tadi ngaso berdatangan. Bersama-sama, mereka pun melancarkan tendangan keroyokan terhadap shadow moon yang udah ga berdaya nyangsang di atas bentengnya.

Pindah Kuadran : Harus Menunggu Berumur Dulu-kah?


Beberapa saat lalu, dalam sebuah mailing list yang saya ikuti, seorang kolega yang kebetulan bekerja di salah satu perusahaan otomotif perusahaan besar di Republik ini bermaksud pindah kuadran dengan berbisnis sendiri. Akan tetapi sepertinya, dia mengalami sedikit dilema dalam memutuskannya. Sehingga dia sempet mewacanakan isu ini ke mailing list, jadi rame mailing list full pro dan kontra. Salah satu isu atau alasan yang mengemuka adalah kalau toh harus pindah kuadran, menunggu berpengalaman dulu-kah baru mengundurkan diri atau segera mengundurkan diri.

Diakui atau tidak, dalam masyarakat kita, memilih berusaha sendiri (building own business) setelah lulus kuliah/sekolah masih dianggap “kurang wah” dan acapkali dicibir sebagai bukti kegagalan masuk bursa kerja, dengan kata lain gak punya kompetensi babar blas ( celakanya lagi terkadang dinilai “bego”). Lebih mentereng kalau diterima kerja di jajaran perusahaan yang namanya familiar di telinga atau iklannyan bolak-balik kayak seterika muncul di TV atau Radio. Orang tua bakal menceritakan dengan nada bangga dengan berulang-ulang dan mata berbinar-binar bila anaknya bekerja di perusahaan “X” misalnya, ketimbang anaknya memutuskan untuk mengibarkan bisnis sendiri (meskipun perusahaan X tadi sahamnya terjun payung bebas di Wall Street baru-baru ini). Menyedihkan sekali !!

Kembali ke cerita tadi, kalau pilihan pindah kuadran akan dilakoni, menunggu punya pengalaman memadai atau segera? Pendiri FedEx, Fred Smith yang sempat mencicipi kuliah di Yale University, dan dimata kuliah Business Plan, dia mengumpulkan tugas model bisnis yang dipakai FedEx sekarang, tapi mendapat nilai “C”. Akan tetapi Fred berketetapan tetap mengibarkan bisnis FedEx dari usia muda. Cerita lain, William Hewlett dan David Packard yang memulai bisnis HP dari garasi, segera mengibarkan bisnis segera setelah lulus dari Stanford. So what?

Sepertinya tidak ada korelasi signifikan antara berumur dengan pindah kuadran mengibarkan bisnis sendiri. Walaupun dalam derajat tertentu pengalaman dengan bekerja lebih dulu akan memberikan insight tentang business model tertentu. Tetapi haruskan berlama-lama sehingga harus menunggu “berumur”. Sejatinya ada beberapa “nilai lebih” yang direngkuh, bila mencemplung membangun kerajaan bisnis sendiri di usia relatif muda:

Pertama, terkadang kolega bisnis yang sudah senior biasanya “harapan” terhadap mitra bisnis yang muda tidaklah”setinggi” kalau bermitra dengan perusahaan yang sudah established. Pengalaman penulis ketika mengibarkan bisnis di awal-awal, terkadang servis yang kita deliver ke klien tidaklah sepenuhnya memuaskan, kolega bisnis lebih bisa “memahami” dan “memaklumi”-nya. Asal jangan under-performance saja, itu lain masalah.

Kedua, Mengibarkan bisnis di masa muda biasanya otak kita masih fresh, perspektif lebih luas, dan energi masih enerjik. Ini adalah modal awal yang kalau terlambat diambil, tidak bisa ada diambil mundur. Ekspoitasi bisnis terkadang bisa beyond–expectation. Fakta membuktikan pendiri Yahoo, Microsoft, Dell, FedEx menginisiasi bisnis sendiri pada usia yang relatif muda.

Ketiga, terkadang tidak mesti cerita bisnis berakhir dengan cerita penuh kesuksesan. Kegagalan tak jarang menghampiri. Kalau terpaksa gagal di usia muda—tanpa bermaksud menggantungkan orang tua, “kiriman” masih ada. Apalagi ketiga memulai bisnis sendiri biasanya belum mempunyai tanggungan keluarga. Kegagalan meretas bisnis sendiri tidak akan berimbas pada periuk nasi keluarga.

Demikian pilihan untuk menjadi kepala kucing daripada menjadi ekor seekor singa sudah menjadi ketetapan hati, janganlah berpikir untuk menundanya lagi. Tetapi keputusan untuk itu tetaplah kembali kepada Anda.

Jebakan Soliditas Bisnis Model


Gunakan Strategi yang unik (winning concept) untuk memenangkan persaingan. Strategi yang unik akan membuat perusahaan Anda memiliki kemampuan super kompetitif” (Tjahjadi Lukiman, dari buku Right Process will Bring Great Results).

Ada seorang kawan lama bertutur tentang keputusannya untuk men-set up bisnis sendiri. Saya ikut senang atas keputusannya untuk meretas dan berpindah kuadran dari “ekor singa” ke kuadran “kepala kucing”. Pas ada waktu luang, saya sempatkan untuk mengontaknya dan mengunjunginya, sekaligus bernostalgia ber-haha-hihi mengenang “kenakalan” dulu waktu kuliah dulu. Diantara obrolan dan kangen-kangenan masa lalu, saya mencoba menyelipkan sebuah pertanyaan,”Bisnis apa yang sedang ditekuni ?”, tanya saya sambil menyeruput teh hangat yang tersaji. “Lha, Kamu butuh apa Don ?,” jawabanya sambil menguyah kue pia-pia khas Jogja. “Yang Kamu butuhkan tinggal Kamu bilang, nanti aku sediakan,” sambungnya. “Oooh…,” jawab saya sambil mengganggukan kepala, saya mencoba menahan diri untuk tidak berkomentar.

Bisnis baru yang ditekuni teman saya, secara konsep bisnis adalah sah-sah saja dilakoni. Apa yang diminta (dibutuhkan) oleh pelanggan, dia akan mencarinya dan memenuhinya. Tetapi rentangan barang dan jasa yang ingin “dibisniskan” menjadi terasa menjadi terlampau umum (general). Jujur saja, seringkali saya sering menemui kasus semacam ini biasanya dilakoni orang yang baru terjun bisnis, tetapi masih belum pas atau belum memutuskan bisnis mana yang dilakoni, atau acapkali dalam terminologi teori manajemen sering disebut “What Business are We In”. Maksudnya bisnis apa akan kita jalani dan menghasilkan uang tentunya.

Untuk kasus teman lama saya tadi, bisnis model (business Model) yang dipilih menurut saya tidak ada yang salah, tapi menurut saya “kurang menukik” yang berujung pada “rentang bisnis”-nya terlampau lebar, jadi agak kabur dan kurang fokus. Bisnis di era kekinian menuntut fokus atau istilah bisnisnya sering disebut sebagai core-competence. Ilustrasi paling mudah kita ambil saja dari dunia kedokteran misalnya, orang yang sakit mata cenderung merujuk ke dokter mata ketimbang ke dokter umum misalnya, karena penyelesaian (penanganannya) pasti akan berbeda. Jadi Bisnis model yang berhasil haruslah solid dari awal, jangan setengah-setengah. Mendeklarasikan bisa memenuhi apa saja, sesuai permintaan konsumen (ape yang ingin ente beli, gue jual), akan mengundang Kepesimisan pelanggan. Kasarnya apa iya, semuanya bisa ditangani sendiri? Entrepreneur itu manusia biasa lho, bukan superman..hehehe.

Terus, bagaimana strategi memilih bisnis model yang kemungkinan kedepannya “berhasil” ? Ada 2 pendekatan utama yang bisa dibentangkan agar bisnis model yang kita pilih solid dijalankan.

Pertama, sebaiknya bisnis yang akan kita lakoni sebaiknya core-competence-nya sesuai dengan apa yang kita miliki. Core-competence ini bisa jadi karena kita menekuni bidang tertentu karena bersekolah, atau bisa juga karena kita pernah bekerja dan berpengalaman di bidang tersebut, karena sebelumnya kita bekerja di bidang tersebut. Misalnya kita berlatar belakang apoteker, kita terjun di industri obat-obatan. Atau kita pernah bekerja di sektor agro industri di suatu perusahaan, kemudian kita keluar dan mencoba membuka bisnis sejenis masih di lingkup agro industri. Kemungkinan untuk “berhasil” adalah lebih besar ketimbang kita menekuni atau pindah core business (bisnis inti) lainnya.

Kedua, pilihlah model bisnis yang akan ditekuni, yang kemungkinan besar Anda yang terbaik di bidang tersebut. Meminjam strategi Jack Welch , nahkoda GE pernah menerapkan strategi ini sehingga GE mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Sebuah adagium populer dari Jack Welch, “It has to be No.1 or No.2 in the market, otherwise it will be fix, sell, or closed.” Bisnis model haruslah bisa terbaik di bidangnya atau setidaknya menjadi nomer 2, kalau tidak jangan dipilih karena hanya akan buang-buang waktu saja (Baca artikel : Angin Perubahan Agar Gajah Bisa Menari). Dengan mempraktekan strategi itu, Jack Welch dikenal sebagai CEO GE yang fenomenal.

Jadi agar perpindahan kuadran lebih lancar dan menangguk kesuksesan, pastikan Anda memilih memilih bisnis model yang solid. Karena dari pemilihan bisnis model solid ini, derivasinya penerapan visi dan misi perusahaan yang dibangun akan lebih jelas dan gamblang, tidak abu-abu. Visi dan misi yang kokoh mempunyai saham yang besar akan keberhasilan bisnis yang Anda tekuni kelak. Selamat meretas jalan menjadi “kepala kucing” !!

Cerita Tentang Bapak Ojek dan Petani Jepang


Karena dihimpit kemacetan yang luar biasa, saya memutuskan naik ojek untuk “memangkas” waktu. Di perjalanan saya sempat mengobrol sebentar perihal kehidupan Bapak Ojek tadi. Dari cerita Bapak Ojek tadi, saya jadi tahu kalau Bapak Ojek tadi adalah “mantan” petani di sebuah desa di daerah Jawa yang melego tanah sawahnya, untuk membeli sepeda motor karena hasil dari pertaniannya menurutnya “kurang dapat” diandalkan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. “Jadi sebagian dari penjualan tanahnya saya belikan motor untuk ngojek”, ungkap Bapak Ojek sambil meliak-liuk stang sepeda motornya dengan tangkas dan cekatan. “Oh begitu…”, jawab saya mencoba bersimpati. Sebuah keputusan yang tidak mudah, kata saya dalam hati sekaligus prihatin.

Cerita tentang Bapak Ojek tadi sesaat mengajak ingatan saya tentang fenomena Bapak petani dari negeri Sakura. Kebetulan tempat kuliah dulu merupakan desa yang di Jepang dikenal sebagai salah sentra lumbung padi dan penghasil buah suika (semangka) yang cukup terkenal. Kebetulan untuk mengirit pengeluaran, saya dan istri seringkali membeli sayuran dan lauk pauk yang kita masak sendiri, maklum tidak terlalu banyak uang dari sponsorship yang kita terima. Terkadang saya kalau belanja melihat harga tomat besar ranum 2 buah harganya “nyaris sama” dengan harga 6 paha ayam yang dijual di supermarket, artinya kita melihat dari segi “harga”, produk agro-industry milik petani Jepang mendapat tempat dan perlakuan yang cukup “kompetitif”.

Belum lagi kalo menjelang panen suika (semangka), harga semangka besar seharga Rp.60.000 di supermarket di Indonesia bisa dihargai mendekati 8000 yen per buahnya (dengan kurs sekarang, bisa kurang lebih Rp.800.000). Mungkin kalau dibandingkan harganya, dengan peta agro-industry Jepang yang relatif maju, bukan perbandingan “apel dengan apel” dengan kondisi Indonesia. Tetapi yang ingin saya tekankan betapa perhatian negera tersebut terhadap “nasib” petani bila dibandingkan dengan nasib “mantan” petani yang beralih profesi sebagai pengojek seperti cerita di atas tadi, sungguh perbandingan bumi dan langit. Perhatian pemerintah Jepang amatlah tinggi, meskipun petani dan agro-industry di Jepang kontribusi GDP-nya bukanlah apa-apanya jika dibandingkan dengan income industri raksasa Manufacture Jepang, tapi toh perhatian pemerintah tetaplah besar.

Ada pelajaran yang menarik di sini, bahwa sebagai Negara agraris sekaligus lautan yang luas, Indonesia mempunyai basis core-industry yang kuat di agro-industry dan hasil laut,tetapi mengapa dua industri tadi terkesan kurang digarap maksimal. Padahal kalo digarap serius, saya yakin hasilnya tidak “kalah mengkilap” dengan omset hasil dari industri manufacture.

Mengapa agro-industry dan hasil laut perlu dilirik ?

Pertama, secara infrastruktur dan sosiologis, bangsa kita adalah kuat di bidang ini. Jadi tidak perlu “malu” menjadi Negara yang struktur economic back-bone-nya menggantungkan pada agro-industry. Ikut-ikutan bermetamorfosis terlampau cepat menjadi menjelma menjadi Negara berbasis manufaktur, IT, atau technology yang nyata-nyata jauh dari core-competence sebagian besar penduduk Indonesia (Baca artikel : Jebakan Soliditas Bisnis Model), social cost (biaya sosial) seperti yang dialami Bapak Ojek akan selalu berulang dan mahal sekali biayanya. Dan akhirnya membuat para petani di desa “hijrah” jadi tukang ojek dan tenaga tidak terampil lainnya yang akan menginvasi kota-kota besar. Sebuah masalah sosial sendiri kalau permasalahannya tidak ditangani.

Kedua, di tengah cepatnya pertumbuhan penduduk dunia yang mendekati deret ukur, itu semua orang “membutuhkan” makanan. Termasuk Negara manufaktur terhebat sekalipun, penduduknya tetaplah membutuhkan makanan karena itu makanan adalah kebutuhan pokok. Lihat penduduk Jepang yang tetap membutuhkan pasokan udang untuk ebi-furai-nya (udang goreng) menemani makanan udong (mie besar-besar ala Jepang) atau soba. Yang udang mentahnya kebanyakan masih dipasok dari Thailand dan Indonesia.

Jadi kalau toh kita akan merambah Industri manufaktur, itu akan lebih bermanfaat bila ada hubungannya lekat dengan sektor agro-industry. Misalnya, masih sering saya mendengar kalau panen buah durian di daerah Riau, Sumatra, seringkali pas panen, buah durian dijual murah satu truk dihargai berapa ratus ribu saja, karena adanya kelebihan pasokan. Padahal di Pasar Asia di deket Tokyo, saya pernah melihat harga sebuah durian dijual 13.000 Yen alias 1,3 juta. Coba kalau industri pengalengan makanan/buah dibangun di Sumatra, berapa efek ekonominya? Gak perlu ada petani jual tanah untuk ngojek di kota lagi, saya jamin itu.

Terkadang kita tidak perlu “silau” dengan kemampuan Negara lain, atau jangan-jangan kita alpa melihat “potensi” diri kita ? Atau kita dihinggapi “inferiority-complex” yang terlampau akut?

Mengail Segenggam Rupiah dari Rumah


Lalu lintas Jakarta yang padat, berdebu, dan macet merupakan pemandangan lumrah bagi warga Jakarta. Ditingkahi dengan kurang disiplinnya warga pengendara yang saling tidak sabaran dan saling sodok, terkadang ditambah suara klakson yang meraung-raung tidak sabar menyebabkan jalan-jalan di Jakarta terasa seperti “neraka” bagi para commuter yang wira-wiri di jalanan ibu kota. Tak heran “ketidaknyamanan” serta “ketidakramahan” jalanan terkadang menyebabkan banyak orang enggan, bahkan “emoh” berkutat di jalanan ibukota.

Fenomena jalanan Jakarta yang serba macet khususnya di pusat-pusat bisnis menyebabkan pertemuan bisnis sedikit terganggu. Saya yang menghabiskan sebagian waktu saya di “mengukur jalanan” merasakannnya, dalam sehari bisa ketemu 3-4 klien itu sudah hasil maksimal, mengingat tidak bersahabatnya jalanan. Menggunakan sepeda motor atau jasa ojeg tidak pula banyak membantu, mengingat jumlah motor yang luar biasa banyak, banyak “jalan-jalan tikus” pun mengalami bottleneck yang parah karena ruas-ruasnya dipenuhi gerombolan motor. Pernah ada yang bertanya, bolehkan kita bekerja di rumah saja sehingga tidak harus mengalami “sintingnya” jalanan Jakarta yang terkadang meluapkan emosi kita? Kalau ada, apakah nominal income-nya bisa menyamai dan malah lebih pendapatannya jika dibanding dengan bekerja di kantor?

Kolega saya ada yang sudah tidak perlu stress dan capek di jebakan jalanan Jakarta yang terkadang membuat kita bertegang urat leher dengan sopir metro mini yang “lebih galak” di jalanan walaupun jelas-jelas melanggar aturan lalu lintas. Siapa Dia? Dialah Mas Yodhia Antariksa, konsultan di bidang performance management dan pengasuh blog Strategi+Manajemen. Tiap hari, Mas Yodhia tetap “bekerja” laiknya orang bekerja tetapi beliau tidak perlu “mengalami” kemacetan jalanan Jakarta. Cukup duduk di depan lap-top dan komputer yang terkoneksi internet di rumah yang dia sulap sebagai kantor, mulailah Beliau beraktivitas kerja. Ya, Mas Yodhia adalah salah satu orang yang berprofesi sebagai Netpreneur. Yakni Entrepreneur yang menggunakan media maya (net) sebagai media berbisnisnya. Dari pekerjaan yang dilakoninya sebagai netpreneur, dalam wawancarannya dengan salah satu stasiun televisi, tidak kurang dalam sebulan pendapatannya mencapai kisaran 40-juta rupiah. Wow !! Sebuah penghasilan yang “lebih dari cukup” saya pikir dimana waktunya lebih fleksible, tidak kena macet dan income-nya cukup “lumayan”.

Disamping menjadi konsultan, dan meng-up-date tulisan di blog tiap hari senin, yang jumlah pelanggannya sudah mencapai angka 5000 pelanggan, beliau juga membuka toko online “berjualan” materi-materi presentasi dengan topik manajemen di RajaPresentasi.com. Ternyata cukup banyak juga peminatnya. Disamping itu, pundi-pundi penghasilan Mas Yodhia juga dikeruk dari toko on-line yang berbisnis kaos di BisnisKaos.com. Mas Yodhia benar-benar memaksimalkan era internet ini untuk melancarkan usahanya. Dengan sederetan “lapak on-line” yang dikelola, wajar pundi-pundi penghasilannya melesat jauh. Di sisi lain, beliau tidak perlu bermacet-macet ria di jalanan Jakarta. Enak juga ya 

Akan tetapi meretas jalan seperti yang dilakoni Mas Yodhia juga perlu sederetan strategi yang tidak semudah yang kita bayangkan. Tidak lantas setelah membuat lapak di website , lalu tinggal “duduk manis” menunggu ada orang mencolek dan mampir di web-nya, kemudian serta merta tertarik dan memutuskan membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Mas Yodhia menjemput bola dengan memasang iklan di blog orang lain serta menyempatkan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar manajemen di salah satu portal di bidang sumber daya manusia maupun di blognya. Sehingga “reputasi bisnis” di jagat maya terbentuk dan berujung pada kepercayaan. Kepercayaan ini bergerak menuju naiknya omset penjualan maupun order jasa konsultasi yang beliau kelola.

Bagi yang merasa tidak nyaman dengan atmosfer jalanan di Jakarta, juga kota-kota besar lain di Indonesia yang mulai didera “kemacetan yang akut”. Pilihan menjadi Netpreneur, terutama untuk para Ibu yang masih mengurus putra-putrinya yang masih kecil, barangkali pilihan ini pas untuk dilakoni. Tertarik menjadi Netpreneur seperti Mas Yodhia ?

Turnaround Trengginas ala Irfan Setiaputra


A leader takes people where they want to go. A Great leader takes people where they don’t necessarily to go but ought to be (Rosalynn Carter).

Barangkali hampir dipastikan sebagian besar para pembaca paham arti turnaround (putar haluan), tapi tidak banyak tahu arti istilah “trengginas” yang saya ambil sebagai judul artikel minggu ini, sebuah term dalam bahasa Jawa yang kini sudah teramat “jarang” sekali digunakan. Lamat-lamat, saya mencoba mengingat arti kata itu sembari memundurkan ingatan akan pelajaran kelas bahasa daerah (bahasa Jawa) yang saya ikuti ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Trengginas bisa berarti ganas tetapi juga bisa berarti cekatan dan tanggap.

Beberapa hari yang lalu, Mbak Herning Banirestu, kolega saya yang mendedikasikan kehidupan profesionalnya sebagai wartawan Swa menghubungi saya, untuk minta tanggapan atas kinerja sebuah Perusahaan pelat merah bernama PT.Industri Telekomunikasi Indonesia atau INTI (Persero), dimana jajaran direksi baru yang dipimpin oleh Bapak Irfan Setiaputra ketika menerima tampuk kepemimpinan kondisi keuangannya rugi 15,32 miliar. Tak Lama kemudian setelah dilakukan pembenahan dan perubahan dengan trengginas, setahun kemudian kondisi keuangannya mendadak menjadi positif, untung tipis 3,9 Miliar. Sebuah langkah perbaikan yang cukup signifikan untuk rentang waktu yang teramat pendek tersebut. Langkah “trengginas” apa saja yang dilakukan Pak Irfan dan jajarannya sehingga menghasilkan hasil menjulang dalam waktu singkat?

Ada beberapa langkah “jenial” Pak Irfan dalam membenahi PT.Inti. Dari segi efisiensi, membatasi pemakaian kartu kredit direksi, melarang pemakaian mobil dinas untuk keperluan pribadi. Dari segi organisasi, memecah 5 SBU menjadi 20 fungsi, sehingga lebih cepat pengambilan keputusannya. Sementara dari sisi bisnis menggejot profit margin dari existing business semaksimal mungkin. Tak kalah penting, moral karyawan diinjeksi dengan menggelontorkan dana untuk kenaikan gaji karyawan 43% dan tanpa PHK meski rapor keuangannya masih merah (detail langkah pembenahan Pak Irfan bisa dibaca di majalah Swa edisi 09/XXVI/29 April-11 Mei 2010).

Apa yang dilakukan Pak Irfan di PT.Inti merupakan langkah manajemen yang sering disebut turnaround. Turnaround (sering diartikan berputar haluan) merupakan istilah yang populer dalam terminologi change management (manajemen perubahan) yang sering digunakan dalam memperbaiki perusahaan yang sedang sakit (dalam kondisi krisis). Mengelola perusahaan yang sehat dan tumbuh, sangatlah berbeda dengan mengelola perusahaan sedang dalam krisis atau sedang dalam kondisi jeblok keuangannya seperti yang dialami PT. INTI di atas. Pelajaran bisnis yang biasa diterima di sekolah bisnis biasanya lebih menekankan pada “pengelolaan” perusahaan dalam kondisi normal yang cenderung naik. Bukan mengelola perusahaan dalam “kondisi sakit”, karena biasanya untuk mengelola sebuah perusahaan sakit, diperlukan seseorang berkapasitas “leader” bukan sekedar berkualifikasi “direktur”, yang berani mengambil langkah-langkah yang terkadang “tidak lazim”, selain kompetensi manajerialnya yang mumpuni merupakan sebuah keharusan.

Memang ada beberapa pendekatan dalam manajemen turnaround. Tetapi langkah turnaround trengginas yang diterapkan Pak Irfan jelas beliau adalah seorang yang leader yang memahami kondisi lapangan dengan baik (local wisdom). Sebenarnya beliau bisa menggunakan pendekatan turnaround gaya slash and burn (sikat dan bakar) yang cukup radikal dan pernah dipraktekan oleh CEO General Electric kenamaan Jack Welch ketika “membenahi” GE di era 80-an. Pendekatan ini biasanya menekankan “cashflow” adalah segala-galanya. Biasanya PHK dan segala pengetatan ikat pinggang merupakan derivasi pelaksanaan dari pendekataan ini. Tapi hal itu tidak dilakukan sang leader yang pernah menjadi Direktur Pelaksana PT.Cisco System Indonesia.

Saya melihat keberhasilan turnaround yang digelindingkan Pak Irfan disamping kemampuan trengginas mumpuni yang beliau punyai, saya melihat keteladanan yang dipertontonkan lebih mempunyai “efek” yang signifikan terhadap proses change management yang diusung. Seperti pembatasan klaim kartu kredit milik direksi, mobil direksi “turun kelas” dari Camry ke Nissan Teana. Tiap hari Sabtu-Minggu pun mobil kantor harus “dikandangkan” di kantor. Kalo toh mau memakai, bensin dan honor sopir merupakan beban pribadi. Contoh ketelandanan seperti inilah, walaupun hal remeh, punya pengaruh besar. Jadi efisiensi mengencangkan ikat pinggang yang didengung-dengungkan tidak hanya dirasakan karyawan semata, tetapi juga oleh jajaran direksi.

Keteladan seperti inilah yang acapkali lenyap dan alpa dilaksanakan oleh jajaran direksi perusahaan di Indonesia ketika melaksanakan proses perubahan manajemen. “Action is speak louder than speech”, salut untuk keberhasilan Anda, Pak Irfan…..


A leader takes people where they want to go. A Great leader takes people where they don’t necessarily to go but ought to be (Rosalynn Carter).

Barangkali hampir dipastikan sebagian besar para pembaca paham arti turnaround (putar haluan), tapi tidak banyak tahu arti istilah “trengginas” yang saya ambil sebagai judul artikel minggu ini, sebuah term dalam bahasa Jawa yang kini sudah teramat “jarang” sekali digunakan. Lamat-lamat, saya mencoba mengingat arti kata itu sembari memundurkan ingatan akan pelajaran kelas bahasa daerah (bahasa Jawa) yang saya ikuti ketika saya duduk di bangku sekolah dasar. Trengginas bisa berarti ganas tetapi juga bisa berarti cekatan dan tanggap.

Beberapa hari yang lalu, Mbak Herning Banirestu, kolega saya yang mendedikasikan kehidupan profesionalnya sebagai wartawan Swa menghubungi saya, untuk minta tanggapan atas kinerja sebuah Perusahaan pelat merah bernama PT.Industri Telekomunikasi Indonesia atau INTI (Persero), dimana jajaran direksi baru yang dipimpin oleh Bapak Irfan Setiaputra ketika menerima tampuk kepemimpinan kondisi keuangannya rugi 15,32 miliar. Tak Lama kemudian setelah dilakukan pembenahan dan perubahan dengan trengginas, setahun kemudian kondisi keuangannya mendadak menjadi positif, untung tipis 3,9 Miliar. Sebuah langkah perbaikan yang cukup signifikan untuk rentang waktu yang teramat pendek tersebut. Langkah “trengginas” apa saja yang dilakukan Pak Irfan dan jajarannya sehingga menghasilkan hasil menjulang dalam waktu singkat?

Ada beberapa langkah “jenial” Pak Irfan dalam membenahi PT.Inti. Dari segi efisiensi, membatasi pemakaian kartu kredit direksi, melarang pemakaian mobil dinas untuk keperluan pribadi. Dari segi organisasi, memecah 5 SBU menjadi 20 fungsi, sehingga lebih cepat pengambilan keputusannya. Sementara dari sisi bisnis menggejot profit margin dari existing business semaksimal mungkin. Tak kalah penting, moral karyawan diinjeksi dengan menggelontorkan dana untuk kenaikan gaji karyawan 43% dan tanpa PHK meski rapor keuangannya masih merah (detail langkah pembenahan Pak Irfan bisa dibaca di majalah Swa edisi 09/XXVI/29 April-11 Mei 2010).

Apa yang dilakukan Pak Irfan di PT.Inti merupakan langkah manajemen yang sering disebut turnaround. Turnaround (sering diartikan berputar haluan) merupakan istilah yang populer dalam terminologi change management (manajemen perubahan) yang sering digunakan dalam memperbaiki perusahaan yang sedang sakit (dalam kondisi krisis). Mengelola perusahaan yang sehat dan tumbuh, sangatlah berbeda dengan mengelola perusahaan sedang dalam krisis atau sedang dalam kondisi jeblok keuangannya seperti yang dialami PT. INTI di atas. Pelajaran bisnis yang biasa diterima di sekolah bisnis biasanya lebih menekankan pada “pengelolaan” perusahaan dalam kondisi normal yang cenderung naik. Bukan mengelola perusahaan dalam “kondisi sakit”, karena biasanya untuk mengelola sebuah perusahaan sakit, diperlukan seseorang berkapasitas “leader” bukan sekedar berkualifikasi “direktur”, yang berani mengambil langkah-langkah yang terkadang “tidak lazim”, selain kompetensi manajerialnya yang mumpuni merupakan sebuah keharusan.

Memang ada beberapa pendekatan dalam manajemen turnaround. Tetapi langkah turnaround trengginas yang diterapkan Pak Irfan jelas beliau adalah seorang yang leader yang memahami kondisi lapangan dengan baik (local wisdom). Sebenarnya beliau bisa menggunakan pendekatan turnaround gaya slash and burn (sikat dan bakar) yang cukup radikal dan pernah dipraktekan oleh CEO General Electric kenamaan Jack Welch ketika “membenahi” GE di era 80-an. Pendekatan ini biasanya menekankan “cashflow” adalah segala-galanya. Biasanya PHK dan segala pengetatan ikat pinggang merupakan derivasi pelaksanaan dari pendekataan ini. Tapi hal itu tidak dilakukan sang leader yang pernah menjadi Direktur Pelaksana PT.Cisco System Indonesia.

Saya melihat keberhasilan turnaround yang digelindingkan Pak Irfan disamping kemampuan trengginas mumpuni yang beliau punyai, saya melihat keteladanan yang dipertontonkan lebih mempunyai “efek” yang signifikan terhadap proses change management yang diusung. Seperti pembatasan klaim kartu kredit milik direksi, mobil direksi “turun kelas” dari Camry ke Nissan Teana. Tiap hari Sabtu-Minggu pun mobil kantor harus “dikandangkan” di kantor. Kalo toh mau memakai, bensin dan honor sopir merupakan beban pribadi. Contoh ketelandanan seperti inilah, walaupun hal remeh, punya pengaruh besar. Jadi efisiensi mengencangkan ikat pinggang yang didengung-dengungkan tidak hanya dirasakan karyawan semata, tetapi juga oleh jajaran direksi.

Keteladan seperti inilah yang acapkali lenyap dan alpa dilaksanakan oleh jajaran direksi perusahaan di Indonesia ketika melaksanakan proses perubahan manajemen. “Action is speak louder than speech”, salut untuk keberhasilan Anda, Pak Irfan…..